Rabu, 07 September 2011

Gajah Liar Makin Mengganas

MONDAY, 05 SEPTEMBER 2011 08:34

PEUREULAK - Aksi kawanan gajah liar yang kembali turun gunung di kawasan Putri Hijau, DK 1, Ketibung Musara, Desa Peunarun Baroe, Kecamatan Peunarun, Kabupaten Aceh Timur, kian meresahkan.

Akibatnya, belasan hektare tanaman warga rusak diobrak-abrik. Menurut informasi yang diperoleh, aksi binatang berbelalai itu kembali beraksi sejak akhir pekan lalu menjelang lebaran dengan target sejumlah titik areal persawahan dan perkebunan sawit serta karet milik warga di sejumlah lokasi, seperti di kawasan Putri Hijau dan DK 1 dan Ketibung Musara.

Kondisi tersebut diketahui warga saat ke kebun setelah beberapa hari merayakan Idul Fitri 1432 Hijriyah. Keganasannya mulai terlihat dengan sasaran mengobrak-abrik tanaman padi dan tanaman palawija lainnya seperti ubi dan ketela. Selain itu juga, tanaman coklat dan pinang serta pisang ikut menjadi target gajah (Po Meurah—Aceh) sejak sepekan terakhir.

Aksi belasan ekor gajah masih terlihat di kawasan Putri Hijau dan DK 1. Akibat keberingasannya yang kian menjadi-jadi, sejumlah petani kini tidak berani ke kebun.

Lebih-lebih cara pengusiran yang selama ini dilakukan dinilai tidak mempan dan tak mampu mengusir kawanan gajah liar itu.

Informasi lain menyebutkan, aksi gajah telah melenyapkan belasan hektare areal persawahan dan perkebunan warga sejak sebulan lalu di kawasan Peunarun. Berbagai jenis tanaman seperti pisang dan karet serta sawit ikut menjadi santapan satwa dilindungi tersebut dalam beberapa hari terakhir.

Camat Peunarun Jaman, membenarkan kawanan gajah liar kembali meresahkan petani dan pekebun dalam wilayah kerjanya. Kondisi tersebut juga telah disampaikan ke pihak kabupaten, guna disampaikan ke instansi terkait seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Jaman menjelaskan, aksi gajah di sana lumrah terjadi setiap enam bulan sekali. Tidak hanya sebatas mengobrak-abrik tanaman warga sebagaimana terjadi setiap gajah turun gunung, namun keberingasannya tidak sedikit rumah penduduk yang rubuh dan gabah warga di dalam rumah ikut dimakannya. “Solusinya hanya satu yakni membuat penangkaran secara besar-besaran dengan melibatkan Pemkab dan Pemprov Aceh serta BKSDA dan instansi terkait,” tandas Jaman.

Sumber Waspada.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar